Buletin KKIA Juli 2025

Berdoa Bapa Kami dengan Sungguh

Kita semua tentu sudah sangat tidak asing dengan Doa Bapa Kami. Bahkan mungkin dalam satu hari, kita bisa melafalkannya beberapa kali. Doa ini begitu melekat dalam kehidupan umat Kristen karena kita menerimanya langsung dari Yesus sendiri sebagai warisan doa ilahi kepada para murid-Nya.

Hari ini, Injil Lukas kembali menampilkan kisah Yesus yang mengajarkan doa ini kepada para murid yang meminta: “Tuhan, ajarilah kami berdoa.” Permintaan sederhana, tapi penuh kerinduan dan kehausan akan hubungan yang lebih dekat dengan Allah. Dan jawaban Yesus bukanlah teori panjang, melainkan sebuah doa yang padat, penuh makna, dan sangat pribadi.

Doa ini menjadi sangat penting karena menjadi pedoman hidup rohani yang dalam bagi kita. Setiap kalimatnya mengandung undangan untuk bertobat, berubah, dan mempercayakan diri sepenuhnya kepada Allah. Ketika kita berkata, “Bapa kami,” kita dipanggil untuk hidup dalam kasih persaudaraan. Saat memohon, “jadilah kehendak-Mu,” kita diajak untuk belajar taat dan percaya, bahkan ketika hidup terasa berat. Dan ketika berkata, “ampunilah kami… seperti kami pun mengampuni,” kita diingatkan bahwa pengampunan tidak bisa hanya kita terima. Kita pun harus memberinya.

Pertanyaannya: “Sudah sejauh apa Doa Bapa Kami ini menginspirasi dan membentuk cara hidup kita sebagai pengikut Kristus dan anak-anak Allah?”

Semoga Doa Bapa Kami ini tidak hanya menjadi kebiasaan lisan tanpa kesadaran batin. Mari kita mengucapkannya dengan hati yang terbuka, dengan semangat pertobatan, dan kerinduan untuk hidup seturut kehendak Bapa. Sehingga setiap kalimat dalam doa ini mengubah cara kita melihat Allah, menyentuh cara kita memperlakukan sesama, dan membentuk cara kita menjawab panggilan hidup kita setiap hari. Tuhan memberkati.

Romo Roy Noeng, CSsR


Membawa Anak-Anak ke Missa Kudus

Apakah anak-anak (bayi, balita, anak yang belum sambut pertama) perlu dibawa untuk ikut Misa di Gereja? Atau mereka ditinggal saja di rumah, atau bersama pengasuhnya di luar gereja atau aula? 

Pada prinsipnya, Ekaristi Kudus adalah perayaan iman untuk semua kalangan (anak-anak, orang muda dan orang tua). Sejauh mungkin anak-anak harus diikutkan dalam perayaan Ekaristi, terutama hari Minggu. Maka orang tua hendaknya membawa anak-anaknya ke Gereja untuk bersama-sama merayakan iman. Bagi anak-anak yang belum komuni, Gereja menyediakan aktivitas yang sesuai dengan umur mereka sesuai dengan kebijakan pastoral setempat. Setelah doa pembukaan dalam Ekaristi, anak-anak dibawa ke ruang tertentu atau aula dan melanjutkan aktivitas rohani mereka di sana dengan lebih atraktif dan sesuai dengan cita rasa anak-anak. Dan setelah komuni bagi umat yang menerima komuni, anak-anak dibawa kembali ke Gereja untuk mendapatkan berkat dari imam yang memimpin perayaan Ekaristi. Inilah langkah praktis yang umum kita temukan di banyak Gereja kita saat perayaan hari Minggu. Dengan cara ini, anak-anak tetap mendapatkan ikatan kesatuan dengan seluruh umat beriman, terutama umat yang menerima komuni. 

Ketika imam memberkati anak-anak satu per satu, kiranya tetap disadari bahwa berkat-berkat itu adalah satu adanya dengan Berkat Penutup saat mengakhiri perayaan. Karena dalam perayaan Ekaristi, berkat hanya terjadi satu kali, yakni Berkat Penutup yang sekaligus perutusan. Berkat anak-anak ini menjadi salah satu cara untuk mengajak anak-anak bahwa mereka bersatu dalam Perayaan Ekaristi yang dirayakan. Berkat ini juga mau menunjukkan bahwa anak-anak diterima, dihargai dan diberi tempat dalam liturgi Gereja. 

Pedoman Misa dan Berkat untuk Anak-anak, ‘Directorium de Missis cum Pueris 1973”, menegaskan bahwa Gereja senantiasa mengikuti jejak Tuhannya yang “merangkul anak-anak dan memberkati mereka” (Mrk 10,16) maka Gereja tidak boleh membiarkan anak-anak terlantar di luar Gereja atau ditinggalkan di rumah, atau cara lain.

Anak-anak yang belum sambut komuni penting mengikuti perayaan Ekaristi supaya mereka melihat teman-temannya yang lebih berumur yang menjadi misdinar (altar servers), atau menyanyikan satu dua lagu. Dengan demikian, sense of ministry terbentuk dalam diri mereka. Tahap demi tahap jiwa mereka terbuka untuk menangkap nilai-nilai Kristen dan merayakan misteri Kristus sesuai dengan umur, keadaan psikologis maupun sosial mereka.

So, para orang tua, bawalah selalu anak-anak anda ke perayaan Ekaristi kudus.  

Romo Daniel Sitanggang, OFMCap

 


Comments

Popular posts from this blog

Perayaan Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia Ke-80 KKIA

Foto-Foto Perayaan Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia ke-79 KKIA

Foto-Foto Perayaan Natal KKIA Desember 2024